Pages

Subscribe:

Kamis, 29 Desember 2011

Telfon-telfonan Pagi-pagi Buta? Oh, NO!!!


“Tlitulit… tilutit… tlililit…” ringtone HP jaman  jadulku berbunyi.
“Ah, apaan sih!” hampir aja ku lemar HP-ku karena berisik, tapi ku urungukan niatku karena nama kontak ‘My LupH’ tertera di layar HP.
“Hah, Rivaldo!” aku langsung semangat.
“Halo, Sayang!” sapa Rivaldo di seberang setelah aku menangkat telfonnya.
“Hemmm, halo juga, Do!” sapaku dengan suara yang masih berat.
“Lho kuk Cuma, ‘Do’ doang cih? Sayangnya mana?” protes Rivaldo dengan suara sok dimanja-manjain.
“Iya, iya Sayang!” balasku tak kalah manja.
“Aku ganggu ya, Sayang?” tanya Rivaldo. Aku melirik jam weker yang ada di samping bantal.
‘Astaga! Jam 02.00? jam wekerku aja masih molor tuh!’ batinku.
“Emmm, ega kok Sayang!” jawabku munafik.
“Hehehehe! Ini mumpung operatorku lagi ada promo ni, Yang! Gratis nelfon jam 00.00 sampai jam 05.00! jadi dari ada mubazir aku buat nelfon Yayang aja deh!” jelas Rivaldo.
“Oh, gitu yah! Asyik dong kalo gituh!”
“Iya, kalo gini bisa kangen-kangenan ama Sayang tiap hari!”
‘Apa!!! Tiap hari??? Gila aja lo, Do!!! Bisa jadi monster berkantung mata nih aku karena kurang tidur! Jelek deh muka aku! Oh, tidak!!!!’ batinku semakin menjerit.
“Halo, Say! Kok diem aja! Halo! Masih hidupkan?” Rivaldo mengecek keberadaanku.
“Emmm, iya aku masih di sini kok!” sahutku lemas.
“Ah, syukur deh! Atu tira Ayang di gondol cicek!” Rivaldo makin ga nahan sok manjanya. Basi!
‘Nyindir aku nih anak! Mana ada yang kuat nggondol aku dengan pantat segede ini? Apa lagi cicek!’ aku jadi be-te sendiri.
“Ayang-ayang… bla-bla-bla!”  Rivaldo mulai bermanja-manjaan denganku. Aku pun juga menanggapinya. Secara dia pacarku tercinta. Nembaknya aja romantis pake bunga kamboja.
“Nilam, ini aku persembahkan bunga kamboja yang aku petik dari kuburan nenekku, sebagai tanda cintaku  padamu. Bila engkau menerima cintaku, terimalah bunga ini, jaga dan rawatlah samai nanti dia dapat mengharumkan kuburanmu bila kamu mati!” ku kenang kata-kata Rivaldo waktu itu. Meski kesannya horor karena bawa-bawa nama neneknya yang udah almarhumah, dan seakan kaya’ doain aku cepet mati!!! Tapi akhirnya aku terima cintanya dengan jiwa besar. Paling ga aku hargai usahanya yang udah berani nembak aku di depan temen-temen sekelasku.
Kami terus bersayang-sayangan sampai pagi. Tapi, “Tut-tut-tut!” telfon terputus.
“Halo, Do! Aldo!” aku memanggil-manggil Aldo. Tapi tidak ada jawaban. Beberapa detik  kemudian SMS masuk.
Maph, yaw Say… Gratisnna dah abiz… LSMS dari Rivaldo.
‘Ah, dasar cowok modal gratisan! Kaya’ aku gini dong modal!’ aku menghubungi nomor Aldo, mumpung masih jam lima, masih ada setengah jam sebelum aku mandi buat sekolah.
“Halo, Sayang! Masih kangen ya?” sahut suara Rivaldo begitu tersambung. Dan, sejujurnya aku memang masih kangen dengannya. Selanjutnya kami terus ngobrol dan ngobrol. Kalau aja bibir manusia punya elastisitas tinggi pasti udah ndomble ni bibir dari tadi. Tapi untungnya enggak! Bibir aman, hahaha!
Di sekolahan semua terasa berat! Apa lagi kepalaku! Oh, tidak!!! Kantung-kantung mata sudah bergelantungan dimataku.
“Nil, kamu kebanyakan pake eye-liner tuh! Sampai item gitu mata kamu, bersihin dulu deh ke kamar mandi!” komentar Dinda temen sebangkuku begitu melihat keadaan mataku pagi ini.
“Aduh, Dinda ini bukan eye-liner tau! Kamu ga lihat kantung mataku ya? Ini item-item kantung mata lantaran kurang tidur tau!” jelasku.
“Hah? Memangnya kamu kenapa kok bisa sampai kurang tidur segala?” Dinda bernada prihatin.
“Gara-gara Rivaldo telfon aku dari jam dua pagi!”
“Apa??? Hahaha!” Dinda malah ngakak.
“Kok malah ketawa sih?” protesku.
“Jadi sekarang Monik ada yang temenin!” sahut Dinda.
Aku melirik Monik yang sedang tidur di bangkunya. Jadi selama ini Monik sering tidur di kelas tuh, karena suka telfon-telfonan pagi-pagi buta? Oh, no! Jadi aku bakalan bernasip sama dengannya. Sering ditegur guru di kelas, dapet nilai jelek, dapet surat peringatan dari sekolah. Hiks… hiks… hiks…
Pulang sekolah aku lemes abis! Seperti yang aku takutkan, di kelas tadi aku mendapat teguran pertamaku karena ketiduran di kelas. Dan aku sudah kapok!
Begitu sampai di rumah aku langsung masuk kamar. Berniat melanjutkan tidurku. Tapi tiba-tiba ada SMS masuk.
Sayang kenapa sih! diSMS ga dibales2? Marah ya? Apa emang udah bosen sama aku? Udah ada cowok lain ya?’ Bunyi SMS dari Rivaldo. Memang dari tadi aku tidak membalas SMS Rivaldo. Bukan karena aku benar-benar marah sama dia, tapi ada masalah lain! Pulsaku habis! Gara-gara bales telfon Rivaldo tadi. Mana waktu minta duwit buat beli pulsa ga di kasih. Nasip-nasip!
‘Sayang… sayang… jawab aku dong! Jangan diemen aku gini! Kalo emang kamu udah bosen jujur aja sama aku!’ SMS Rivaldo masuk lagi. Dan aku masih tak berdaya.
‘Oke! Alow kamu masih diem gini! Besok pagi jam 02.00 aku telfon kamu! Kamu harus jelasih semua! Inget jam dua pagi!’
“Arrrgghhhhhh!!!!” teriakku saking ga tahannya. Dengan kasar ku matikan HPku dan ku banting di atas kasur.
Dan siang itu berlalu dengan damai. Aku melanglang buana ke alam mimpi, sebagai ganti rugi atas tidurku yang terganggu … uh damainya!!!
“ZzZzzZzzz…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar